PERSOALAN KETIDAKKONSISTENAN JUMLAH ARTIKEL DALAM SATU EDISI JURNAL ILMIAH

Kolom yang berisi informasi tentang jurnal / publikasi / tata kelola / OJS dan lain-lain, dalam bentuk File / Link
Post Reply
faizal
Posts: 311
Joined: 01 Feb 2017, 11:00
Location: Sukoharjo
Contact:

PERSOALAN KETIDAKKONSISTENAN JUMLAH ARTIKEL DALAM SATU EDISI JURNAL ILMIAH

Post by faizal »

PERSOALAN KETIDAKKONSISTENAN JUMLAH ARTIKEL DALAM SATU EDISI JURNAL ILMIAH

Penjelasan mengenai ketidakkonsistenan jumlah artikel dalam satu edisi jurnal ilmiah dapat diperdalam secara ilmiah dan etis merujuk pada prinsip dan pedoman dari Committee on Publication Ethics (COPE) serta standar praktik terbaik dari lembaga pengindeks dan penerbit akademik. Berikut penjelasan yang lebih sistematis dan berbasis rujukan etik:
________________________________________
🔍 Masalah Ketidakkonsistenan Jumlah Artikel per Edisi Jurnal Ilmiah
Definisi Masalah:
Ketidakkonsistenan jumlah artikel dalam satu edisi jurnal, misalnya satu edisi menerbitkan 10 artikel dan edisi berikutnya 30, menandakan adanya ketidakstabilan editorial yang dapat memengaruhi persepsi kualitas, integritas ilmiah, dan keberlanjutan penerbitan jurnal.
________________________________________
1. Ketidakkonsistenan Editorial & Keberlanjutan (COPE Principles)
COPE menekankan bahwa editor jurnal harus memastikan keberlanjutan dan konsistensi dalam proses penerbitan, sebagaimana tertuang dalam Core Practices COPE, khususnya pada poin:
"Editorial and publishing decisions should be consistent and made transparently, following clear journal policies."
(COPE Core Practices - Editorial Policies)
📌 Artinya, jurnal harus memiliki kebijakan editorial yang jelas dan stabil, termasuk dalam hal jumlah artikel yang diterbitkan per edisi. Ketidakkonsistenan bisa mencerminkan ketidaksiapan manajemen dan dapat merusak kredibilitas jurnal.
________________________________________
2. Overpublishing & Dugaan Etika Predatory Publishing
Meningkatnya jumlah artikel secara drastis tanpa justifikasi editorial dapat dikategorikan sebagai overpublishing, yang dikhawatirkan bertujuan komersial (terutama pada jurnal berbayar/APC).
COPE memperingatkan terhadap praktik publikasi yang mengutamakan keuntungan finansial di atas kontrol kualitas ilmiah.
Bahkan dalam Principles of Transparency and Best Practice in Scholarly Publishing (COPE, DOAJ, OASPA, WAME), disebutkan bahwa:
"There should be clear policies about journal content, volume, and review procedures, and any deviation must be justifiable."
📌 Jurnal yang tiba-tiba mempublikasikan artikel dalam jumlah besar tanpa dokumentasi tentang peningkatan kapasitas editorial atau special issue yang direncanakan dapat dicurigai sebagai jurnal predator.
________________________________________
3. Risiko terhadap Peer Review Integrity
Peningkatan jumlah artikel dapat menyebabkan keraguan terhadap integritas dan kualitas peer review, yang menjadi pilar utama publikasi ilmiah.
COPE menggarisbawahi bahwa:
"Peer review processes must be rigorous, fair, and consistent."
(COPE Ethical Guidelines for Peer Reviewers)
📌 Jika dalam satu edisi jurnal mendadak memuat 3 kali lipat artikel tanpa peningkatan jumlah reviewer atau editor, maka kualitas peninjauan bisa diragukan.
________________________________________
4. Dampak terhadap Evaluasi Indeksasi dan Akreditasi
Lembaga pengindeks (seperti Scopus, DOAJ, Sinta, dan Web of Science) dan pengelola akreditasi jurnal menggunakan stabilitas jumlah artikel per edisi sebagai salah satu indikator untuk menilai kualitas dan integritas jurnal.
Contoh:
• DOAJ (Directory of Open Access Journals) mencantumkan bahwa jurnal harus menunjukkan "regularity and predictability of publishing schedule."
• Scopus dan WoS menilai stabilitas kuantitas sebagai bagian dari journal metrics audit.
📌 Ketidakkonsistenan mencolok tanpa alasan yang sah dapat menjadi alasan penangguhan atau delisting dari indeks tersebut.
________________________________________
5. Dampak Statistik dan Persepsi Akademik
Ketidakkonsistenan juga mempengaruhi:
• Acceptance rate – bisa dipalsukan atau tidak transparan.
• Citation metrics – sulit dibandingkan antar edisi.
• Reputasi – pembaca, penulis, dan institusi akan meragukan profesionalisme jurnal.
Praktik terbaik penerbitan (best publishing practices) dari COPE dan pengindeks internasional menghendaki adanya volume editorial yang konsisten untuk memastikan bahwa kualitas tetap menjadi prioritas utama, bukan kuantitas.
________________________________________
✅ Kesimpulan Ilmiah dan Etis
Secara ilmiah dan etis, ketidakkonsistenan jumlah artikel per edisi jurnal:
• Melanggar prinsip transparansi dan konsistensi editorial (COPE).
• Menimbulkan kecurigaan adanya motif finansial di atas mutu ilmiah.
• Berpotensi merusak reputasi dan peluang indeksasi jurnal.
• Mengganggu sistem peer review yang fair dan berkualitas.
📌 Rekomendasi:
Jika jurnal ingin menambah jumlah artikel, harus dilakukan secara bertahap dan didokumentasikan dengan baik, misalnya dalam bentuk:
• Penambahan edisi per tahun,
• Penunjukan tambahan editor atau reviewer,
• Atau melalui penerbitan special issue yang diumumkan secara resmi.
Dr.Faizal Risdianto,S.S,M.Hum, Mobile: 0856-4201-9501
E-mail: faizrisd@gmail.com
https://s.id/registerjournal
https://jolcc.org/bikinwebojs/

faizal
Posts: 311
Joined: 01 Feb 2017, 11:00
Location: Sukoharjo
Contact:

Re: PERSOALAN KETIDAKKONSISTENAN JUMLAH ARTIKEL DALAM SATU EDISI JURNAL ILMIAH

Post by faizal »

⚠️ Ketidakkonsistenan Jumlah Artikel dalam Satu Edisi Jurnal Ilmiah
Ketidakkonsistenan jumlah artikel yang diterbitkan dalam satu edisi jurnal—misalnya edisi pertama memuat 10 artikel dan edisi berikutnya 30—dapat menandakan ketidakstabilan manajemen editorial. Hal ini berdampak pada persepsi kualitas, integritas ilmiah, dan keberlanjutan jurnal, serta bertentangan dengan prinsip etik dari Committee on Publication Ethics (COPE) dan praktik terbaik penerbitan ilmiah.
1. Konsistensi Editorial dan Keberlanjutan
COPE menekankan pentingnya konsistensi dan transparansi dalam keputusan penerbitan. Jumlah artikel per edisi seharusnya stabil sesuai kebijakan jurnal. Fluktuasi ekstrem mencerminkan manajemen yang tidak siap dan dapat merusak kredibilitas jurnal.
“Editorial and publishing decisions should be consistent and made transparently…” (COPE)
2. Risiko Overpublishing dan Dugaan Praktik Predator
Penerbitan artikel dalam jumlah besar tanpa penjelasan editorial dapat dianggap sebagai overpublishing dan menimbulkan dugaan adanya motif komersial. Jurnal yang tidak transparan dalam kebijakan dan kapasitas editorialnya rentan dicurigai sebagai jurnal predator.
“Any deviation in content volume must be justifiable.” (COPE, DOAJ, OASPA, WAME)
3. Keraguan terhadap Kualitas Peer Review
Lonjakan jumlah artikel tanpa peningkatan kapasitas reviewer dan editor dapat merusak integritas proses review, yang seharusnya adil, konsisten, dan ketat.
“Peer review must be rigorous, fair, and consistent.” (COPE)
4. Dampak terhadap Indeksasi dan Akreditasi
Lembaga pengindeks seperti Scopus, DOAJ, Sinta, dan Web of Science mengharuskan jadwal penerbitan dan volume artikel yang teratur. Ketidakkonsistenan mencolok dapat menjadi alasan penangguhan atau penghapusan dari indeks.
5. Gangguan terhadap Analisis Statistik dan Citra Akademik
Ketidakteraturan dalam jumlah artikel per edisi memengaruhi:
Acceptance rate (menjadi tidak transparan),
Citation metrics (tidak dapat dibandingkan antar edisi),
dan reputasi jurnal di mata pembaca, penulis, dan lembaga.
✅ Kesimpulan & Rekomendasi
Ketidakkonsistenan jumlah artikel per edisi:
Melanggar prinsip transparansi dan stabilitas editorial,
Menurunkan kualitas dan integritas ilmiah,
Berisiko terhadap akreditasi dan indeksasi jurnal.
📌 Rekomendasi:
Jika ingin meningkatkan jumlah artikel, lakukan secara bertahap dan disertai:
Penambahan edisi tahunan,
Rekrutmen editor/reviewer tambahan,
atau penerbitan special issue yang direncanakan dengan jelas.
Dr.Faizal Risdianto,S.S,M.Hum, Mobile: 0856-4201-9501
E-mail: faizrisd@gmail.com
https://s.id/registerjournal
https://jolcc.org/bikinwebojs/

Post Reply