Penjelasan mengenai ketidakkonsistenan jumlah artikel dalam satu edisi jurnal ilmiah dapat diperdalam secara ilmiah dan etis merujuk pada prinsip dan pedoman dari Committee on Publication Ethics (COPE) serta standar praktik terbaik dari lembaga pengindeks dan penerbit akademik. Berikut penjelasan yang lebih sistematis dan berbasis rujukan etik:
________________________________________
Definisi Masalah:
Ketidakkonsistenan jumlah artikel dalam satu edisi jurnal, misalnya satu edisi menerbitkan 10 artikel dan edisi berikutnya 30, menandakan adanya ketidakstabilan editorial yang dapat memengaruhi persepsi kualitas, integritas ilmiah, dan keberlanjutan penerbitan jurnal.
________________________________________
1. Ketidakkonsistenan Editorial & Keberlanjutan (COPE Principles)
COPE menekankan bahwa editor jurnal harus memastikan keberlanjutan dan konsistensi dalam proses penerbitan, sebagaimana tertuang dalam Core Practices COPE, khususnya pada poin:
"Editorial and publishing decisions should be consistent and made transparently, following clear journal policies."
(COPE Core Practices - Editorial Policies)
________________________________________
2. Overpublishing & Dugaan Etika Predatory Publishing
Meningkatnya jumlah artikel secara drastis tanpa justifikasi editorial dapat dikategorikan sebagai overpublishing, yang dikhawatirkan bertujuan komersial (terutama pada jurnal berbayar/APC).
COPE memperingatkan terhadap praktik publikasi yang mengutamakan keuntungan finansial di atas kontrol kualitas ilmiah.
Bahkan dalam Principles of Transparency and Best Practice in Scholarly Publishing (COPE, DOAJ, OASPA, WAME), disebutkan bahwa:
"There should be clear policies about journal content, volume, and review procedures, and any deviation must be justifiable."
________________________________________
3. Risiko terhadap Peer Review Integrity
Peningkatan jumlah artikel dapat menyebabkan keraguan terhadap integritas dan kualitas peer review, yang menjadi pilar utama publikasi ilmiah.
COPE menggarisbawahi bahwa:
"Peer review processes must be rigorous, fair, and consistent."
(COPE Ethical Guidelines for Peer Reviewers)
________________________________________
4. Dampak terhadap Evaluasi Indeksasi dan Akreditasi
Lembaga pengindeks (seperti Scopus, DOAJ, Sinta, dan Web of Science) dan pengelola akreditasi jurnal menggunakan stabilitas jumlah artikel per edisi sebagai salah satu indikator untuk menilai kualitas dan integritas jurnal.
Contoh:
• DOAJ (Directory of Open Access Journals) mencantumkan bahwa jurnal harus menunjukkan "regularity and predictability of publishing schedule."
• Scopus dan WoS menilai stabilitas kuantitas sebagai bagian dari journal metrics audit.
________________________________________
5. Dampak Statistik dan Persepsi Akademik
Ketidakkonsistenan juga mempengaruhi:
• Acceptance rate – bisa dipalsukan atau tidak transparan.
• Citation metrics – sulit dibandingkan antar edisi.
• Reputasi – pembaca, penulis, dan institusi akan meragukan profesionalisme jurnal.
Praktik terbaik penerbitan (best publishing practices) dari COPE dan pengindeks internasional menghendaki adanya volume editorial yang konsisten untuk memastikan bahwa kualitas tetap menjadi prioritas utama, bukan kuantitas.
________________________________________
Secara ilmiah dan etis, ketidakkonsistenan jumlah artikel per edisi jurnal:
• Melanggar prinsip transparansi dan konsistensi editorial (COPE).
• Menimbulkan kecurigaan adanya motif finansial di atas mutu ilmiah.
• Berpotensi merusak reputasi dan peluang indeksasi jurnal.
• Mengganggu sistem peer review yang fair dan berkualitas.
Jika jurnal ingin menambah jumlah artikel, harus dilakukan secara bertahap dan didokumentasikan dengan baik, misalnya dalam bentuk:
• Penambahan edisi per tahun,
• Penunjukan tambahan editor atau reviewer,
• Atau melalui penerbitan special issue yang diumumkan secara resmi.