Jurnal Kapal Perang vs Jurnal Kapal Dagang: Memahami Model Pengelolaan Jurnal Ilmiah

Kolom yang berisi informasi tentang jurnal / publikasi / tata kelola / OJS dan lain-lain, dalam bentuk File / Link
Post Reply
faizal
Posts: 235
Joined: 01 Feb 2017, 11:00
Location: Sukoharjo
Contact:

Jurnal Kapal Perang vs Jurnal Kapal Dagang: Memahami Model Pengelolaan Jurnal Ilmiah

Post by faizal »

Jurnal Kapal Perang vs Jurnal Kapal Dagang: Memahami Model Pengelolaan Jurnal Ilmiah

Ada sebuah diskusi menarik di kalangan pengelola jurnal tentang istilah "Kapal Perang vs Kapal Dagang". Istilah ini digunakan untuk menggambarkan dua tipe pendekatan dalam mengelola jurnal.
1. Jurnal Tipe Kapal Perang
Tipe pertama, yang disebut jurnal kapal perang, merupakan metafora untuk jurnal yang dikelola dengan semangat perjuangan tinggi dan idealisme murni. Di lingkungan PTKIN, pengelola seperti ini sering disebut sebagai "Jihadis Jurnal"—mereka yang mengelola jurnal dengan penuh dedikasi, bahkan tanpa memikirkan honor atau imbalan. Mereka bekerja dengan penuh keikhlasan, benar-benar lillahi ta’ala.
Namun, seringkali pengelola jurnal tipe ini justru merasa kurang mendapat perhatian, bahkan cenderung diabaikan, meski di sisi lain mereka tetap dibutuhkan oleh institusi mereka.
Jurnal-jurnal "kapal perang" ini umumnya banyak ditemukan di kampus-kampus, baik negeri maupun swasta. Sebagian besar tidak membebankan biaya publikasi (free APC), meskipun ada juga yang mengenakan biaya terjangkau, mulai dari 30 hingga 300 USD, tergantung pada peringkat SINTA-nya. Semakin tinggi peringkat jurnalnya, umumnya biaya APC juga semakin besar. Misalnya, jurnal SINTA 1 yang sudah terindeks Scopus bisa mematok biaya sekitar 300 USD—masih tergolong murah jika dibandingkan dengan jurnal "kapal dagang" yang akan dijelaskan berikutnya.

2. Jurnal Tipe Kapal Dagang
Jurnal "kapal dagang" adalah istilah untuk jurnal-jurnal yang dikelola oleh penerbit besar seperti Elsevier, Emerald, atau Springer. Karena dikelola oleh perusahaan, orientasinya lebih kepada bisnis, bukan lagi idealisme.
Jika penulis ingin mempublikasikan artikelnya secara gratis, mereka bisa memilih jalur closed access, tetapi prosesnya cukup panjang dan ketat. Proses review bisa memakan waktu 6 bulan hingga lebih dari setahun, dengan revisi yang tak jarang berulang-ulang. Ini menjadi tantangan tersendiri, terutama bagi mahasiswa S3 di Indonesia yang terikat tenggat kelulusan.
Bagi yang tidak ingin menunggu lama, ada pilihan open access dengan biaya publikasi yang tinggi, mulai dari 500 USD hingga ribuan USD. Ada cerita seorang dosen yang ingin menjadi profesor dan mengirimkan artikelnya ke jurnal Scopus di luar negeri. Editor menilai artikelnya bagus, tetapi perlu banyak perbaikan. Editor menawarkan bantuan editing dengan biaya 1.000 Euro, atau sekitar 16 juta rupiah (kurs 16.000 IDR per Euro), belum termasuk biaya proofreading.
Ada juga cerita penulis Indonesia yang harus membayar hingga 25 juta rupiah untuk mempublikasikan artikel di Journal of Social Studies Education Research, jurnal Scopus Q1 yang terbit di Turki.

3. Jurnal di Indonesia: Variasi Model Pengelolaan
Di Indonesia, selain jurnal yang dikelola oleh kampus, ada juga jurnal yang dikelola oleh CV atau LSM (non-kampus). Pengelola seperti ini sering lahir dari kebutuhan ekonomi dan minimnya dukungan institusi, sehingga mereka mendirikan "kapal dagang" sendiri. Namun, umumnya biaya yang mereka tetapkan masih dalam batas kewajaran, mengingat mereka harus menanggung biaya operasional seperti sewa domain, hosting, langganan DOI, Turnitin, Grammarly, dan lainnya.
Pada akhirnya, baik memilih jurnal "kapal perang" maupun "kapal dagang" adalah keputusan masing-masing penulis. Yang penting, penulis tetap berhati-hati agar tidak terjebak pada jurnal predatory atau penerbit yang meragukan.

Tentang APC (Article Processing/Publication Charge)
Beberapa waktu lalu saya mendengar keluhan dari penulis yang menilai ada jurnal di Indonesia, termasuk SINTA 1 terindeks Scopus, yang dianggap predatory karena mematok biaya publikasi sekitar 4,5 juta rupiah. Bahkan ada jurnal SINTA 4 atau 5 yang memungut biaya 700 ribu rupiah, yang seharusnya hanya berkisar antara 300-400 ribu rupiah.
Label predatory sebenarnya tidak bisa disematkan secara sembarangan. Setiap jurnal memiliki tantangan dan kebutuhan pendanaan yang berbeda. Bisa jadi, jurnal yang mengenakan biaya 700 ribu rupiah tidak mendapat dukungan penuh dari institusi, sehingga dana tersebut digunakan untuk membayar editor, tim IT, sewa hosting, DOI Crossref, Grammarly, Turnitin, dan sebagainya.
Ada juga jurnal SINTA 1 dan SINTA 2 yang tetap gratis karena didukung penuh oleh institusi, sehingga mereka mampu membebaskan biaya publikasi. Karena situasi tiap jurnal berbeda, kita tidak bisa langsung menilai sebuah jurnal predatory hanya dari nominal APC-nya.
Sebagai contoh, di jurnal saya, REGISTER JOURNAL, biaya APC ditetapkan sebesar 150 USD, di mana 50 USD di antaranya digunakan untuk membiayai proses proofreading. Naskah yang masuk tidak hanya diperiksa secara substansi, dicek dengan Grammarly dan Turnitin, serta direview minimal oleh dua mitra bestari, tetapi juga disunting ulang secara mendetail pada tahap copyediting untuk memastikan keakuratan bahasa dan keterbacaan naskah, khususnya bagi penutur asli bahasa Inggris.

Tentang Fast Track Review
Banyak yang salah paham tentang Fast Track. Fast Track bukan berarti artikel pasti cepat terbit, melainkan proses review-nya yang dipercepat. Fast Track biasanya ditawarkan dengan biaya tambahan agar artikel tidak perlu menunggu antrian panjang. Namun, perlu digarisbawahi, Fast Track bukan jaminan artikel akan diterima. Artikel tetap bisa ditolak jika dinilai kurang memenuhi standar, meskipun sudah membayar biaya Fast Track.

Penutup
Demikian sedikit ulasan saya tentang perbedaan jurnal "kapal perang" dan "kapal dagang" serta pembahasan tentang biaya publikasi atau APC. Semoga dapat membantu penulis dan pengelola jurnal dalam memahami ekosistem publikasi ilmiah dengan lebih bijak.
Dr.Faizal Risdianto,S.S,M.Hum, Mobile: 0856-4201-9501
E-mail: faizrisd@gmail.com
https://s.id/registerjournal
Image
https://jolcc.org/bikinwebojs/

Post Reply