Page 1 of 1

Dikira mengelola jurnal ilmiah itu mudah?

Posted: 17 Dec 2025, 16:56
by faizal
Image

**Dikira mengelola jurnal ilmiah itu mudah?** Banyak orang berpikir begitu karena yang terlihat hanya platform online, artikel terbit rapi, dan tautan yang bisa dibagikan ke mana-mana. Padahal, di balik tampilan yang tampak sederhana, jurnal ilmiah online menyimpan kerja panjang yang tidak ringan. Memang, manfaatnya besar: akses global makin terbuka, proses editorial lebih tertata lewat sistem seperti OJS, dan setiap tahapan terdokumentasi dengan baik sehingga transparansi dan akuntabilitas terjaga. Namun justru karena manfaat itulah, beban dan tuntutan terhadap pengelola jurnal menjadi semakin berat.

Masalah biasanya paling sering muncul dari sisi penulis. Banyak penulis datang dengan target cepat terbit karena kebutuhan jabatan, akreditasi, atau kelulusan, tanpa benar-benar siap secara akademik. Naskah yang tidak sesuai fokus jurnal, mengabaikan template, atau lemah metodologi tetap “dipaksa” masuk. Ketika reviewer memberi catatan kritis, tidak jarang penulis tersinggung, menolak revisi, bahkan menyalahkan editor. Di titik ini, editor tidak hanya mengelola naskah, tetapi juga emosi dan ekspektasi.

Di internal jurnal sendiri, tantangan tidak kalah rumit. Editor memiliki latar belakang, standar akademik, dan tingkat sensitivitas yang berbeda-beda. Ada yang sangat teliti, ada pula yang longgar. Ditambah lagi, banyak editor merangkap sebagai dosen, peneliti, atau pejabat struktural, sehingga waktu dan komitmen sering terbagi. Situasi ini membuka ruang bias—baik sadar maupun tidak—misalnya ketika berhadapan dengan penulis dari institusi sendiri atau dari jaringan akademik dekat.

Belum lagi urusan dengan mitra bestari. Reviewer adalah tulang punggung mutu jurnal, tetapi mereka bekerja secara sukarela. Mengundang reviewer kompeten saja sudah sulit, belum tentu bersedia, dan kalau bersedia pun belum tentu tepat waktu. Kualitas review pun beragam: ada yang sangat tajam dan konstruktif, ada pula yang terlalu singkat, normatif, bahkan subjektif. Dalam beberapa kasus, reviewer senior bisa memaksakan perspektif tertentu yang justru menutup ruang inovasi penulis muda.

Tantangan paling sensitif adalah konflik kepentingan. Di jurnal institusi, situasi seperti editor mengirim naskah ke jurnalnya sendiri, atau reviewer menilai karya kolega dekat, sering sulit dihindari. Tekanan struktural—terutama jika naskah berasal dari pimpinan—membuat pengelola jurnal berada dalam posisi dilematis. Tanpa kebijakan etika yang tegas, independensi ilmiah terancam dan reputasi jurnal bisa runtuh. Karena itu, mengelola jurnal bukan sekadar urusan teknis, melainkan kerja akademik, etis, dan manajerial yang menuntut keteguhan integritas, literasi editorial yang kuat, dan keberanian menjaga marwah keilmuan.