Dosen dan peneliti Indonesia saat ini dilanda oleh arus besar indeksasi artikel jurnal, terlebih karena sejumlah kecil indeks dijadikan model dan parameter oleh Kemristekdikti untuk menilai kelayakan mereka dalam berproses menjadi Doktor dan seterusnya Guru Besar.
Diskusi klasik memperdebatkan, manakah yang lebih baik (lebih bereputasi, lebih berkualitas): Scopus, ataukah Web of Science (WoS, dahulu: ISI Thomson Reuters)?
Sejumlah orang, bahkan perguruan tinggi, berkeyakinan bahwa Web of Science lebih baik karena terkesan sangat selektif dalam inklusi jurnalnya, dan karenanya menjadikannya sebagai patokan baku mengenai kualitas.
Apakah kesan ini akurat, atau lebih merupakan stereotip yang berasal dari periode-periode yang lalu?